
Dahulu peringatan Hari Jadi atau Milangkala Desa Pasawahan sering disebut sebagai acara "Sedekah Bumi" yang selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu di masa kepemimpinan Kades atau Kuwu terdahulu. Namun masyarakat awam masih banyak yang belum mengerti tentang esensi, maksud dan tujuan kegiatan Sedekah Bumi tersebut. Mereka dengan sederhana menganggap bahwa yang disebut acara Sedekah Bumi Desa adalah acara mengadakan pagelaran Wayang Kulit dari waktu ke waktu tanpa mengerti esensi dan substansi yang terkandung di dalamnya.
Namun pada Oktober 2013 seorang Putra Daerah Pasawahan berhasil menulis dan menyusun "Buku Sejarah Desa Pasawahan" yaitu Bapak H.M. Ayip Nuryatna, B.A sehingga terbukalah tabir sesuai sejarah yang ditulis pada buku tersebut bahwa kegiatan acara Sedekah Bumi yang sudah dilakasanakan dari waktu ke waktu di Desa Pasawahan esensinya adalah "Memperingati Hari Jadi (Milangkala) Desa Pasawahan" yang diperingati setiap tanggal 31 Agustus.
Di masa Peringatan Hari Jadi Desa Pasawahan Ke-495 tanggal 20 September 2023 dibawah kepemimpinan Kuwu Nurpin bersama Panitian dan Masyarakat berhasil merintis kegiatan Hari Jadi (Milangkala) Desa Pasawahan yang dikemas lebih lengkap lagi. Acara Sedekah Bumi yang didalamnya tetap mengadakan Pagelaran Wayang Kulit sebagai acara puncak ditambah prosesi acara ziarah dan acara adat lainnya sesuai dengan sejarah dan kearifan lokal Desa Pasawahan menambah kelengkapan dan kemeriahan acara tersebut.
Pada tanggal 4 September 2024 Peringatan Hari Jadi Desa Pasawahan Ke-496 terlaksana lebih meriah lagi karena acara dikemas lebih baik dan lengkap lagi, dengan melibatkan seluruh unsur Pemerintah Desa, Kelembagaan, BPD dan melibatkan lebih banyak lagi Elemen Masyarakat yang menampilkan kreasi sesuai dengan keahlian seni budaya masing-masing dari seluruh Dusun, sehingga dampaknya masyarakat merasa bahwa kegiatan Milangkala adalah bentuk Hajat Desa oleh dan untuk seluruh Masyarakat Desa Pasawahan.
PROSESI ACARA
(MILANGKALA) HARI JADI DESA PASAWAHAN
Tema : “ Bebarengan Urang Kuat, Ngahiji Urang Hebat”
PROSESI |
PENJELASAN |
1 Sejarah Desa Pasawahan |
Diceritakan pada tahun 1527 M, para prajurit Islam gabungan Demak dan Cirebon bertempur sengit melawan bala tentara Portugis di Sundakelapa. Singkat cerita sepulang dari perang, para prajurit Islam gabungan Cirebon dan Demak telah sampai di Cirebon, selanjutnya prajurit Demak pun pulang ke Demak. Diceritakan pada saat itu ada salah seorang prajurit Demak yang tidak ikut pulang ke Demak dan tinggal di Cirebon. Pada suatu hari prajurit tersebut memohon pamit kepada Kanjeng Sinuhun untuk pergi melihat-lihat pedukuhan yang ada di sekitar Cirebon, ia menuju kesebelah Barat ke arah Gunung Ciremai dan sampailah di Padukuhan Pasabinan. Masyarakatnya ramah, hidup rukun dan damai. Tanahnya subur dan pemandangan alamnya yang menakjubkan, maka ia tertarik dan berminat untuk menetap dan tinggal menjadi warga Pasabinan. Ia adalah seorang prajurit yang gagah berani sehingga mendapat julukan Pangeran Sapu Jagat yang nama aslinya adalah Syeh Andamoi. Dia seorang yang pandai bergaul dan berwibawa, sehingga cepat membaur dengan penduduk Pasabinan dan suatu kesempatan baginya untuk dapat menyebarkan Agama Islam. Ia memberi dakwah disetiap situasi dan kesempatan. Warga Pasabinan makin tertarik dan sangat menghormati kepada Syeh, sehingga tak heran kalau begitu cepat masyarakat memeluk Agama Islam. Semenjak itulah nama Pasabinan diganti dengan nama Pasawahan pada tanggal 31 Agustus 1528 M oleh Pangeran Sapujagat. Oleh karena itu setiap tanggal 31 Agustus masyarakat Desa Pasawahan selalu memperingati Hari Jadi Desa Pasawahan (Milangkala) yang dikemas dalam bentuk acara Sedekah Bumi. Sehingga tepat di 31 Agustus 2024, Desa Pasawahan berusia ke – 496. Sejarah Desa Pasawahan ditulis oleh Sesepuh kita Bapak Ayip Nuryatna, B.A, yang bersumber dari Buku “Babad Tanah Sunda Babad Cirebon”. Bagi masyarakat yang ingin mengetahui cerita sejarah lengkap Desa Pasawahan bisa dibaca di Situs Website Resmi Desa Pasawahan Pasawahanku.com. |
2 Adzan Tujuh Atau Adzan Pitu |
Adzan Pitu pertama kali dilakukan pada zaman Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah. Salah satu istrinya yaitu Nyimas Pakungwati yang merupakan putri Mbah Kuwu Cirebon atau Pangeran Cakrabuana terkena wabah penyakit. Wabah itu juga menyerang sejumlah warga Cirebon di sekitar Keraton. Beberapa upaya dilakukan untuk menghilangkan wabah tersebut, tetapi hasilnya selalu berujung kegagalan. Akibatnya banyak rakyat Cirebon yang meninggal dan jatuh sakit. Setelah berdoa kepada Allah, Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati mendapatkan petunjuk bahwa wabah di tanah Cirebon tersebut akan hilang dengan cara mengumandangkan adzan yang dilantunkan tujuh orang sekaligus. Sunan Gunung Jati akhirnya berikhtiar dengan bertitah kepada tujuh orang agar mengumandangkan adzan di Masjid Agung Sang Cipta Rasa Keraton Kasepuhan Cirebon sebagai upaya menghilangkan wabah tersebut. Dari situlah Adzan Pitu juga dikumandangkan di Desa Pasawahan di jaman dahulu yang bertujuan agar Masyarakat Desa Pasawahan terhindar dari wabah penyakit. |
3 Situs Sumur Tujuh |
Situs Sumur Tujuh terletak di kaki Gunung Ciremai, tepatnya di Desa Pasawahan diatas lokasi Balong Kambang. Disebut Sumur Tujuh karena terdapat tujuh sumber mata air disana yang meliputi : 1. Sumur Cikajayaan : adalah sumur yang dituakan atau paling tua di situs sumur 7, karena konon munculnya sumber air pertama kali dari sumur tersebut. Disebut Cikajayaan konon karena dahulu sumur ini dipercaya bisa membawa Kejayaan dan Kemakmuran bagi masyarakat yg mandi atau meminumnya, bahkan banyak yang mengambil air dari situs sumur 7 untuk acara siraman, acara kabupaten, provinsi, Nasional dan lain-lain. Airnya terus mengalir sepanjang tahun sehingga menjadi berkah untuk masyarakat dan Desa Pasawahan. 2. Sumur Cikawedukan : konon jaman dahulu dipercaya untuk perlindungan & kekebalan. 3. Sumur Cikahuripan : konon jaman dahulu dipercaya untuk air kehidupan dan bagi yang mandi dan meminumnya dipercaya bisa awet muda. 4. Sumur Cikumis : konon jaman dahulu dipercaya bisa untuk menumbuhkan rambut dan kumis. 5. Sumur Sigajahputih : konon jaman dahulu dipercaya untuk kekuatan & kedigdayaan. 6. Sumur Singabarong : konon jaman dahulu dipercaya untuk kewibawaan agar memancarkan charisma atau aura yang positif. 7. Sumur Sijalatunda : konon jaman dahulu dipercaya agar lancar & disegani dalam berbicara. |
4 Pengambilan Air Situs Sumur Tujuh |
Prosesi Pengambilan Air di Situs Sumur Tujuh oleh Bapak & Ibu Kuwu adalah karena air Situs Sumur Tujuh sangat bermanfaat untuk kehidupan flora, fauna dan berguna sebagai sumber kehidupan masyarakat Desa Pasawahan, seperti untuk kolam ikan, untuk wisata, untuk pertanian, untuk minum, mandi, dll, dan airnya selalu mengalir sepanjang tahun. |
5 Ziarah Makam Sapujagat |
Ziarah ke makam Pangeran Sapujagat atau Syeh Andamoi bertujuan untuk berziarah dan mendoakan beliau karena jasa beliau memberi nama dari Padukuhan Pasabinan menjadi Desa Pasawahan. |
6 Kawin Cai Sumur 7 ke Balong Kambang & Sawah Dalem |
Kawin Cai bermakna pencampuran air sebagai Sumber Kehidupan dari Situs Sumur Tujuh ke Balong Kambang, Sawah Dalem dan Balong PKK, sebagai simbol yang bermakna agar seluruh lahan pertanian, balong dan kebutuhan air sebagai sumber kehidupan bagi flora, fauna dan untuk seluruh masyarakat Desa Pasawahan diharapkan dapat menjadi berkah dan bisa terus tercukupi sepanjang tahun. |
7 Sejarah Situs Balong Kambang |
Dalam perjalanan pulang dari Gunung Ciremai, Jeng Sunan Cirebon berkenan beristirahat di Pasawahan dan diterima oleh Pangeran Sapujagat bersama masyarakat. Pada waktu itu Jeng Sunan menciptakan dua kolam, yang pertama bernama Balong Kambang dibentuk seperti Wayang Semar dan ikannya disebut Ikan Sempalu atau ikan Dewa, yang kedua bernama Balong Ambit dibentuk seperti Wayang Togog yang berada di bawah kolam renang Situs sumur Tujuh yang saat ini secara fisik sudah tidak ada atau tertimbun tanah. Menurut mitos jaman dahulu konon Situs Balong Kambang dijaga oleh Nyimas Pandan Sari dan Nyimas Rangda Lautan, sehingga di tengah balong kambang di tanam tumbuhan Pandan sebagai simbol. |
8 Sejarah Situs Sawah Dalem |
Tanah di sekitar Balong Kambang dulu diakui termasuk tanah Keraton Cirebon, namun seiring perkembangan jaman Kawasan Situs Balong Kambang sekarang resmi menjadi milik Desa Pasawahan dan sudah besrsertifikat, sedangkan Situs Sumur 7 menjadi Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Di sebelah Utara Balong Kambang dibuat sawah sekotak sebagai tanda, lambang atau simbol Pasawahan yang disebut Situs Sawah Dalem. Setelah dipanen hasilnya disetor ke Keraton Cirebon untuk dibuat bibit padi dan campuran Nasi Kuning Setiap Muludan. Menurut mitos jaman dahulu konon Situs Sawah Dalem dijaga oleh Nyimas Sikukusan yang berada di Situs Sikukusan di sudut jalan masuk ke Kawasan Balong Kambang, sehingga di tengah Situs Sukukusan di tanam Pohon Beringin sebagai simbol. Untuk penjaga perbatasan Desa Pasawahan konon dijaga oleh Nyimas Ganda Sari dan Nyimas Lodaya Sari. |
9 Memberi makan Ikan Dewa & Tanam Padi Sawah Dalem |
Prosesi pemberian makan Ikan Dewa, atau Ikan Kabuyutan, atau Ikan Sepalu, atau Torsoro adalah sebagai bentuk bahwa kita sebagai masyarakat Desa Pasawahan sangat menghargai peninggalan & selalu merawatnya, karena Ikan Dewa ini adalah ikan yang cukup langka dan mahal harganya yang harus kita lindungi. Prosesi Tanam Padi sebagai simbol bahwa kita perduli dengan pertanian, karena sebagian besar wilayah dan mata pencaharian masyarakatnya adalah petani. Konon katanya apabila padi di Situs Sawah Dalem ini hasilnya bagus, maka akan bagus pula hasil pertanian di Desa Pasawahan. |
10 Penyerahan Hasil Panen Sawah Dalem |
Prosesi penyerahan hasil panen oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Citra Ibu, karena mereka dibantu Perangkat Desa yang selama ini sudah menanam. Di masa Pak Kuwu Nurpin, Alhamdulillah Sawah Dalem sudah panen yang ke-5. Setelah dipanen hasilnya disetor ke Keraton Cirebon untuk dibuat bibit mencampur Nasi Kuning Setiap Muludan. Penyetoran padi ke Keraton Cirebon diberikan oleh Pak Kuwu kepada Kuncen Sumur 7 dan Kuncen Sapujagat sebagai perwakilan dari Keraton yang nantinya akan dikirim ke Keraton Cirebon. |
11 Penyerahan Tumpeng 5 Hasil Bumi & Pertanian |
Lima tumpeng hasil bumi dan pertanian menggambarkan rasa syukur masyarakat Desa Pasawahan yang terdiri dari Lima Dusun yaitu Dusun Pahing, Manis, Wage, Pon dan Kliwon kepada Pemerintah Desa Pasawahan, karena mereka lahir, hidup dan mati di tanah kelahiran atau lemah cai Desa Pasawahan, yang nantinya akan diserahkan oleh perwakilan Kepala Dusun kepada Pak Kuwu sebagai simbol Pemimpin Desa Pasawahan. Pak kuwu akan mencicipi dan selanjutnya nanti akan diberikan dan diperebutkan oleh masyarakat untuk dinikmati bersama sebagai bentuk rasa syukur dan kegembiraan. |