You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Pasawahan
Desa Pasawahan

Kec. Pasawahan, Kab. Kuningan, Provinsi Jawa Barat

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI DESA PASAWAHAN ---------- MOTTO " PASAWAHAN BERSATU UNTUK MAJU "

SEJARAH DESA PASAWAHAN

Administrator 19 Juni 2023 Dibaca 681 Kali
SEJARAH DESA PASAWAHAN

 

SEJARAH DESA PASAWAHAN

KEC. PASAWAHAN KAB. KUNINGAN JAWA BARAT

 

Nama Pasabinan di dalam bahasa Jawa sabin artinya sawah, jadi Pasabinan mengandung arti tempat yang berupa sawah. Tapi bukan semuanya merupakan sawah, tentu saja ada daratan, tempat pemukiman, kebun dan ada tanah darat lainnya. Disebut Pasabinan karena sawahnya luas dan tanah sawah maupun tanah darat keadaanya subur, hasil panen sawah maupun hasil perkebunan berupa buah-buahan sangat berlimpah, masyarakatnya maknur tak kurang sandang pangan. Tak heran kalau banyak yang datang dari luar daerah untuk turut mengais rejeki.

 

Pada waktu itu masyarakat Pasabinan menganut kepercayaan Karuhun atau Agama Karuhun, mulai dari Animisme atau percaya kepada penitisan, Dinamisme atau percaya kepada benda-benda berupa kayu, batu dan besi yang dianggap mempunyai daya kesaktian. Sesuai dengan perkembangan jaman datanglah Agama Hindu yang menganut ajaran Tri Murti atau Tiga Muka (Tiga Dewa) yaitu Dewa Brahma sebagai pencipta alam, Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam dan Dewa Syiwa sebagai perusak alam.

 

Kemudian datang Agama Budha yang mempercayai atau berpendapat bahwa asal berkelakuan baik jujur dan soleh pasti masuk Nirwana atau Surga. Penyebarnya ialah Shiddharta Ghautama dari India, menyebar kesetiap penjuru dunia termasuk ke Indonesia. Datangnya orang-orang Barat ke Indonesia yang semula berdagang mencari rempah-rempah yang akhirnya menjajah adalah Bangsa Inggris, Portugis dan terakhir Belanda paling lama sampai 350 Tahun, tak heran kalau orang Indonesia banyak yang terpengaruh masuk agama Kristen.

 

Selain Bangsa Inggris, Portugis dan Belanda, orang-orang dari Gujarat yang beragama Islam mulai berdatangan untuk berdagang sambil menyebarkan Agama Islam. Perdagangan terjadi secara tukar-menukar atau sistem barter dari orang Indonesia berupa rempah-rempah dan dari saudagar-saudagar Gujarat ada diantarannya ditukar dengan Al-Ouran.

 

 

RESI DUDAMAYA BERTAPA

 

Diceritakan pada abad ke-15 tepatnya pada tahun 1447 M, Resi Dudamaya bertapa di Batu Panggarangan Blok Panjakroma, bersemedi dengan tujuan ingin memiliki Ajian Jayasempurna. Jarak tempat bertapa dari Dukuh Pasabinan ketempat bertapa kira-kira 5 km ke arah Selatan.

 

sleep-meditation Gambar Ilustrasi Resi Dudamaya Bertapa

 

Ki Resi Dudamaya baru usai dari bertapa merasa ada perubahan dalam dirinya, sepertinya apa yang diinginkanya dikabulkan oleh Yang Widi, terlintas dalam hatinya ingin mempunyai keturunan. Tiba-tiba muncul dua orang wanita cantik laksana bidadari yang turun dari kayangan, kedua wanita itu minta diperisteri oleh Ki Resi dan pada akhirnya Resi Dudamaya pun menyetujuinya.

 

Satu tahun kemudian kedua istri Ki Resi Dudamaya itu melahirkan masing-masing bayi laki-laki sangat elok, tampan dan menarik. Setelah kedua anak itu berumur 7 tahun, kedua Ibunya menghilang. Tentu saja kedua anak itu sangat sedih dengan ratap tangis yang memilukan. Lain halnya Ki Resi yang sudah mrngetahui dan menyadari bahwa kedua istrinya itu adalah Bidadari dari Kayangan yang mendapat hukuman karena suatu pelanggaran. Oleh karenanya setelah hukumannya selesai mereka tidak mungkin bisa bersama-sama lagi karena berbeda alam. Akhirnya Eyang Resi Membujuk kedua putranya dengan alasan bahwa ibunya sewaktu-waktu akan datang.

 

Diceritakan kedua Bidadari yang sangat berat hati meninggalkan sang suami dan buah hatinya yang sangat dicintai, tidak bisa mengelak dari panggilan bebas hukuman karena takut melakukan pelanggaran lagi yang tentu hukumannya akan lebih berat. Keduanya berpesan dengan suara tanpa wujud. “Anak-anakku dan seketurunan anak cucu Pasabinan dan sekitarnya, nanti bila ada Harimau Putih dan Kidang Tambal jangan diganggu, itu adalah penyamaran kami karena ingin menengok anak cucu”.

 

MACANKIDANG Gambar Ilustrasi Kidang Tambal dan Macan Putih

 

 

NAMA DUKUH PASABINAN DIGANTI MENJADI

DESA PASAWAHAN

 

Diceritakan pada tahun 1527 M, para prajurit Islam gabungan Demak dan Cirebon bertempur sengit melawan bala tentara Portugis di Sundakelapa. Karena kegagahberanian para prajurit Islam melawan tentara Portugis walaupun sudah bersenjatakan modern, akhirnya bala tentara Portugis porak poranda dipukul mundur, banyak yang tewas dan separuh berlarian tunggang langgang ke kapal layar perangnya untuk kembali ke Pasai tanah jajahannya. Semenjak itu nama Sundakelapa diganti nama menjadi Jayakarta dan kekuasaannya diserahkan oleh Sinuhun kepada putranya Sultan Hasanudin (Sebakingkin). Sepulang dari perang para prajurit Islam gabungan Cirebon dan Demak telah sampai di Cirebon, selanjutnya prajurit Demak pun pulang ke Demak.

 

Diceritakan pada saat itu ada salah seorang prajurit Demak yang tidak ikut pulang ke Demak dan tinggal di Cirebon. Pada suatu hari prajurit tersebut memohon pamit kepada Kanjeng Sinuhun untuk pergi melihat-lihat pedukuhan yang ada di sekitar Cirebon, ia menuju kesebelah Barat ke arah Gunung Ciremai dan sampailah di Padukuhan Pasabinan. Masyarakatnya ramah dan hidup rukun dan damai. Tanahnya subur dan pemandangan alamnya yang menakjubkan, maka ia tertarik dan berminat untuk menetap dan tinggal menjadi warga Pasabinan. Ia adalah seorang prajurit yang gagah berani sehingga mendapat julukan Sapu Jagat yang nama aslinya adalah Syeh Andamoi.

 

Dia seorang yang pandai bergaul dan berwibawa sehingga cepat membaur dengan penduduk Pasabinan dan suatu kesempatan baginya untuk dapat menyebarkan Agama Islam. Ia memberi dakwah disetiap situasi dan kesempatan. Warga Pasabinan makin tertarik dan sangat menghormati kepada Syeh, sehingga tak heran kalau begitu cepat masyarakat memeluk Agama Islam. Semenjak itulah nama Pasabinan diganti dengan nama Pasawahan pada tanggal 31 Agustus 1528 M oleh Pangeran Sapujagat. Oleh karena itu setiap tanggal 31 Agustus masyarakat Desa Pasawahan selalu memperingati Hari Jadi Desa Pasawahan ( Milangkala ) dalam bentuk acara Sedekah Bumi.

 

NINIGANDA Foto Sawah Nini Ganda Pasawahan

 

Pangeran Sapujagat atau Syeh Andamoi mempunyai istri bernama Nyi Unasih. Setelah keduanya wafat dikenal oleh masyarakat dengan nama Mbah Buyut Sapujagat. Makamnya sekarang berada di pinggir sebelah Timur Desa Pasawahan. Penerus Mbah Buyut Sapujagat ialah anak cucunya dan bertanggung jawab ke Kasultanan Cirebon.

 

Bale Desa tempat bermusyawarah dan Alun-alun lama berada di Dusun Pahing RT.003 / RW.001 150m sebelah Utara Bale Desa Sekarang.

 

WhatsApp Image 2023-06-17 at 14-33-02 Foto Bale Desa Pasawahan

 

 

MUSYAWARAH / CAREM DI GUNUNG CIREMAI

 

Pada tahun 1529 M di masjid Demak berkumpul para Wali Sanga Jawadwipa untuk membicarakan ilmu membuka yang tersembunyi. Dalam pertemuan tersebut hadir diantaranya :

  1. Sunan Cirebon atau Sunan Gunung Jati Purba atau Wali Kutub (imam) Cholifatur Rosulullah.
  2. Sunan Giri
  3. Sunan Bonang
  4. Sunan Kali
  5. Sunan Kudus
  6. Syeh Majagung
  7. Syeh Bentong
  8. Syeh Lemahabang
  9. Syeh Magribi

 

Dalam musyawarah itu tidak tuntas sebab ada masalah seorang Wali yang tidak sepaham yakni Syeh Lemahabang. Musyawarah dilanjutkan di Gunung Ciremai, semua sudah berkumpul tetapi Syeh Lemahabang tetap mempertahankan keyanikannya, kemudian Jeng Sunan Jati menghendaki mengadakan riung lanjutan di Masjid Agung Cirebon.

 

GUNUNG CIREMAI Foto Gunung Ciremai

 

 

PENGADILAN WALI SANGA JAWADWIPA

DI DALAM MESJID AGUNG CIREBON

 

Para Wali meneruskan riungan di Mesjid Agung Cirebon, hanya seorang Wali yang tidak mau turut berkumpul yaitu Syeh Lemahabang yang berselisih paham, mungkin menjadi hati. Diundang beberapa kali tidak mau hadir, akhirnya diundang paksa dengan mengutus empat orang Wali.

 

WALI Gambar Ilustrasi Musyawarah Para Wali

 

Dalam bermusyawarah Syeh Lemahabang tetap saja mempertahankan keyakinannya mengaku Robbul Alamin.

 

Atas usul para Wali bagaimana hukumannya orang yang mengaku Allah, Sunan Gunung Jati segera memberikan keris Kaki Kanta Naga kepada Sunan Kudus, segera syeh Lemahabang disuduk atau ditusuk.

 

Singkatnya cerita setelah mati tubuhnya menjadi kecil sekuncup kembang melati yang harum mewamgi. Jenazahnya dikubur di tempat yang disebut Astana Pamlaten karena jenazahnya hanya sebesar kuncup kembang melati, sekarang kuburanya masih ada.

 

Ki Kuwu Cakrabuana memperingatkan, bahwa tidak boleh menyalahkan itikadnya para Wali, sebab yang bisa menyalahkan harus lebih tinggi derajatnya.

 

 

SITUS BALONGKAMBANG,

BALONG AMBIT DAN SAWAH DALEM

 

Dalam perjalanan pulang dari Gunung Ciremai, Jeng Sunan Cirebon berkenan beristirahat di Pasawahan dan diterima oleh Pangeran Sapujagat bersama masyarakat.

 

Pada waktu itu Jeng Sunan menciptakan dua kolam, yang pertama bernama Balong Kambang dibentuk seperti Wayang Semar dan ikannya disebut Ikan Sempalu, yang kedua bernama Balong Ambit dibentuk seperti Wayang Togog.

 

1729944567777 Foto Gapura Balong Kambang

 

1729944567706 Foto Taman Balong Kambang

 

BALONG KAMBANG Foto Balong Kambang

 

Tanah di sekitar Balong Kambang diakui termasuk tanah Keraton Cirebon. Di sebelah Utara Balong Kambang dibuat sawah sekotak sebagai tanda atau lambang Pasawahan yang disebut Sawah Dalem. Setelah dipanen hasilnya disetor ke Keraton Cirebon untuk dibuat bibit mencampur Nasi Kuning Setiap Muludan.

 

SAWAH DALEM

Foto Sawah Dalem

 

1718784531823 Foto halaman Desa dan Balong PKK

 

 

SEJARAH GUA LEBAK REUNDEU

 

Mengenai sejarah Lebakreundeu merupakan rangkaian jatuhnya Rajagaluh Prabu Cakraningrat pada tahun 1528 M. takluk dan digabungkan ke Cirebon. Diceritakan dalam perang antara Cirebon dengan Rajagaluh, para prajurit Cirebon dipimpin oleh Senopati Dipati Awangga dan dari Rajagaluh dipimpin oleh Senopati Dipati Kiban.

 

Pecahlah perang di Gempol: panah, bedil, tombak, meriam, pedang seperti hujan bercampur dengan asap dan bising suara prajurit. Dipati Kiban masuk ke Medan Perang berbusana jendral perang mengendarai gajah bernama Bangau yang tingginya 10 kaki memakai pakaian indah warna-warni, sang Adipati Kiban memegang gada, busur panah sambil gembargembor menantang.

 

Pangeran Dipati Kuningan segera maju mengendarai kuda Si Winduhaji turunan Sembrani tingginya 4 kaki. Adipati Awangga mengenakan busana perwira perang gemerlapan cahayanya. Kuda Winduhaji melesat ke atas menyepak Gajah Bangan hingga gadingnya patah dan mengerang kesakitan sambil mundur. Kuda menabrak sambil menggigit belalainya hingga putusbdan Gajah Banganpun mati, Adipati Kiban jatuh terlentang. Ditempat matinya Gajah Bangan itu disebut Gunung Gajah.

 

Dipati Kiban mengamuk gadanya disabetkan kekanan- kiri. Dipati Awangga ngamuk menyabet tubuh Sang Kiban dengan pedang. Sang Kiban lari ke atas gunung sambal melempari dengan batu-batu besar. Dipati Awangga terus mengejar saling banting saling dorong, saling tampar naik gunung turun gunung sehingga gunung berguguran.

 

Pangeran Dipati Awangga jatuh terserempet areuy oyong, cepat Sang Kiban menubrukannya. Sang Pangeran tak berdaya, namun segera datang Ki Kuwu Cakraboeana menghunus Golok Cabang, Sang Kiban disabet lehernya, namun Sang Kiban masih dapat menghindar, cepat lari karena tidak tahan merasa panas pribawanya. Sang Kiban merakayangan masuk ke dalam Gunung Gundul menembus kearah Selatan sampai di sebuah gua yaitu Gua Lebakreundeu, kira-kira 4 km ke Selatan dari Desa Pasawahan. Dipati Awangga dan Ki Kuwu pulang ke Cirebon menghadap melapor ke Jeng Sunan Jati.

 

Wangsit :

Karena Pangeran Kuningan Dipati Awangga jatuh terserimpet Areuy Oyong di daerah Pasawahan, dalam cerita di Mangunsari Gunung Layang, maka Sang Dipati berpesan kepada anak cucu masyarakat Pasawahan jangan makan Oyong.

 

 

NAMA - NAMA BUYUT

BESERTA BENDA KUNO / PUSAKA DI DESA PASAWAHAN

 

  1. Buyut Sapoedjagat (Keris)
  2. Buyut Raksapati (Tombak)
  3. Buyut Ragahayoe (Baju)
  4. Buyut Langgem (Pedang)
  5. Buyut Karang (Batu)
  6. Buyut Miradjeng (Uang VOC)
  7. Buyut Mayangsa (Uang Nederland Tahun 1820)
  8. Buyut Gebog (Tongkat)
  9. Buyut Bolotong (Sabuk)
  10. Buyut Dangdang Toenggangan (Ikat Kepala / iket)
  11. Buyut Indra Pasangan (Sumbul)
  12. Buyut Madoe (Garuda Kayu)
  13. Buyut Mantjik (Kuda Sembrani)
  14. Buyut Womogiri (Tongkat Cis)
  15. Buyut Mangoensari
  16. Buyut Loerah
  17. Buyut Djeungdjing
  18. Buyut Idjoet
  19. Buyut Ganda
  20. Buyut Nyi Mas Randa Tjitjipan
  21. Buyut Nyi Mas Randa Laoetan
  22. Buyut Gondewa
  23. Buyut Gandasari
  24. Buyut Birit Dayeuh
  25. Buyut Singa Bradja
  26. Buyut Madjapahit
  27. Buyut Sadar
  28. Buyut Ikram

 

 

PENUTUP

 

Demikianlah sekilas Sejarah Desa Pasawahan, walaupun ditulis secara singkat tapi setidaknya bisa dijadikan pegangan, disamping menunggu penemuan dan informasi dari sumber cerita baru yang ada relevansinya dengan daya nalar, logika, otentik dan bisa dipertanggungjawabkan.

 

Sebenarnya masih banyak cerita legenda yang belum dimuat dalam buku ini seperti cerita Sumur Tujuh, Talaga Pancar, Situ Cipariuk dan lain-lain. Adapun hal-hal di dalam cerita ini yang ditulis secara singkat seperti menyangkut cerita Wali Sanga, untuk lebih jelasnya sudah tertuang dalam buku Babad Tanah Pasundan Babad Cirebon.

 

 

BIBLIOGRAFI / DAFTAR PUSTAKA

 

Penulisan dan penyusunan Buku "Sejarah Desa Pasawahan" bersumber dari :

  1. Buku "Babad Tanah Sunda Babad Cirebon" oleh Pangeran Sulaeman Sulendraningrat Kaprabonan Cirebon Sunan Gunung Jati.
  2. Cerita dari Sesepuh Desa Pasawahan yang bernama Bapak Katrap yang berusia 108 tahun yang saat ini sudah almarhum.

 

Penulis dan Penyusun Buku Sejarah Desa Pasawahan :

Pasawahan, Oktober 2013

H.M. Ayip Nuryatna, B.A